Jumat, 15 Januari 2010

gedi yang tersimpan...

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Daun Gedi (Sayur Yondok) memiliki nama latin Abelmoschus manihot (L) Medik, termasuk ke dalam klasifikasi bangsa Malvales, Suku Malvaceae, Marga Abelmoschus dan Jenis Abelmoschus Manihot (L) Medik. Di negara lain juga daun gedi dikenal (Philipina: Lagikuway, Thailand: Po fai, Inggris: Edible hibiscus). Daun gedi biasa digunakan dalam pengobatan Alternatif Herbal, menurunkan tekanan darah dan makanan.

Daun Gedi merupakan sayur khas di Sulawesi Utara khususnya Bolaang Mongondow karena orang Mongondow pasti tidak akan pernah lupa pada rasa nikmat masakan sayur gedi yang dikenal dengan Sayor Yondok. Dalam pengolahan sayur ini banyak resep tergantung selera masing-masing peminat, boleh memasak dengan santan atau cuma di rebus biasa dengan tambahan bumbu khas lainnya. Namun sayur gedi ini identik dengan dimasak santan ditambah rebung (oyobung), ubi talas (bete) dan bumbu lain, kemudian ditambahkan lagi dengan ikan asin (ikang garam) sebagai teman makan sayur yondok.

Bagi orang asli Manado atau Bolaang Mongondow makan Bubur Manado (tinutuan) tidak lengkap jika tidak ditambahkan daun gedi ini sebagai campuran. Daun gedi mempunyai fungsi sebagai penambah rasa gurih serta mengentalkan. Selain lezat, daun gedi juga kaya akan vitamin A, zat besi dan serat yang baik untuk saluran pencernaan. Kolagen terkandung di dalam daun ini juga bermanfaat antioksidan dan menjaga kesehatan kulit. Mungkin karena banyak mengandung serat sehingga menyerap kolesterol dan lemak. Sehingga banyak orang berpendapat bahwa sayur ini dapat membuat orang langsing dan membantu menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi. Namun belum ada penelitian khusus tentang hal ini. Karena daunnya banyak mengandung banyak zat kolagen yang bersifat antioksidan, maka berguna untuk merawat kesehatan kulit dan melancarkan peredaran darah. Konon kabarnya, pada suatu masa, Pak Harto (Almarhum) senang merawat sendiri tanaman ini di rumah kediamannya di Cendana, karena beliau suka makan rebusan daun itu guna pemulihan dan perawatan kesehatannya di masa tua.

Saat ini daun gedi susah dijumpai, padahal tanaman ini sangat mudah tumbuh dan diperbanyak. Cukup stek batang dan tanam di media tanah yang gembur pasti akan tumbuh subur. Tinggi tanaman bisa mencapai dua meter dan jika tanahnya cocok akan sangat rimbun dengan daun. Daunnya hijau dan sepintas mirip daun singkong atau mariyuana, karena daunnya berbentuk 5 jari mirip daun singkong atau mariyuana. Orang Mongondow, terutama yang ada diperantauan sering menanam daun gedi ini di pekarangan rumah atau pot agar sewaktu-waktu bila ingin memasak sudah tersedia.

Di daerah lain daun gedi masih belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena manfaat dan gizinya belum diketahui. Dan dari berbagai informasi mengatakan bahwa tanaman ini berkhasiat sebagai obat encok, penurun suhu tubuh dan ginjal.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan pemenuhan bahan makanan yang tinggi pula, sedangkan bahan makanannya terbatas. Apalagi di tengah kenaikan harga bahan makanan pokok dan terjadinya bencana alam yang meminta pemenuhan kebutuhan pokok seperti makanan yang cepat, bergizi dan tetap terjangkau.

I.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk baru dari daun gedi yang mengandung zat besi, serat, vitamin A, sebagai alternatif produk pangan darurat kaya serat yang dapat digunakan untuk pengobatan herbal, menurunkan tekanan darah dan sumber makanan.

I.3 Manfaat Penelitian

Daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) sebagai alternative bahan makanan baru yang mengandung zat kolagen, serat dan zat besi akan semakin memicu jiwa kreatif inovatif siswa siswi analisis kimia dalam menggali produk olahan pangan baru yang bermanfaat bagi kesehatan. Kondisi ini dapat menumbuhkan iklim kompetitif dikalangan para siswa siswi untuk bersaing melalui pengembangan intelektualitas dan kreatifitas, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas sekolah.

Bagi siswa siswi, pelaksanaan penelitian ini akan merangsang untuk berfikir positif, kreatif, inovatif, dan dinamis serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku sekolah. Pelaksanaan penelitian ini menuntut siswa siswi untuk dapat bekerja dalam tim yang akan menumbuhkan kesolidan dan kekuatan tim. Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengalaman siswa siswi dalam berkarya dan menerapkan teknologi sederhana yang berhsil guna. Penelitian ini dapat menumbuhkan sikap kepedulian terhadap tuntutan konsumen di bidang pangan.

Bagi masyarakat, adanya produk pangan baru yang sekaligus dapat digunakan untuk pengobatan herbal akan sangat membantu masyarakat secara umum. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan makanan dan obat.

Selain itu produsen makanan yang memakai bahan baku daun gedi mendapatkan nilai lebih terhadap pemanfaat daun gedi yang tidak sekedar diolah menggunakan cara konvensional. Penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian dengan adanya produk olahan baru daun gedi secara tidak langsung akan meningkatkan produksi daun gedi. Juga menambah ragam makanan pokok berbasis daun gedi.

BAB II

PELAKSANAAN

II.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

II.1.1 Waktu

Pelaksanaan penelitian dilakukan satu kali dalam seminggu , yaitu setiap jadwal praktikum kimia terpadu yang dilaksanakan mulai dari tanggal ……………..haha ni isi..

II.1.2 Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Instrumen dan Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 13 Bandung.

II.2 Alat dan Bahan

II.2.1`Alat

No.

Nama Alat

Spesifikasi

Jumlah

Pemilik

1

Cawan Porcelen

-

2

Sekolah

2

Eksikator

-

1

Sekolah

3

Penjepit cawan

-

2

Sekolah

4

Oven

Listrik

1

Sekolah

5

Neraca Digital

Listrik

1

Sekolah

6

Tegel

-

2

Sekolah

7

Kaca Arloji

-

6

Sekolah

8

Gelas Kimia

100 mL

3

Sekolah

9

Gelas Kimia

500/600 mL

3

Sekolah

10

Pipet Ukur

10/5 /2 mL

5

Sekolah

11

Sirkulator Air

Listrik

1

Sekolah

12

Corong Pendek

-

4

Sekolah

13

Corong Panjang

-

2

Sekolah

14

Tiang Penyaringan

-

2

Sekolah

15

Botol Semprot

500 mL

2

Sekolah

16

Alat Destilasi

-

1 set

Sekolah

17

Batang Pengaduk

-

4

Sekolah

18

Labu Iod

500/600 mL

2

Sekolah

19

Batang Pengaduk Policemen

-

2

Sekolah

20

Tabung Reaksi

-

10

Sekolah

21

Heating Mantle

Listrik

1

Sekolah

22

Alat Soxlet

-

1 set

Sekolah

23

Penjepit tabung

-

1

Sekolah

24

Cawan Petri Steril

-

6

Sekolah

25

Ose

-

1

Sekolah

26

Pinset

-

1

Sekolah

27

Rak Tabung

-

1

Sekolah

28

Pipet Ukur

1 mL

1

Sekolah

29

Kassa Asbes

-

2

Sekolah

30

Kaki tiga

-

3

Sekolah

31

Pipet Tetes

-

4

Sekolah

32

Inkubator

-

1

Sekolah

33

Segitiga Porcelen

-

1

Sekolah

II.2.2 Bahan

No.

Nama Bahan

Spesifikasi

Satuan

Jumlah

1

H2SO4

0,255 N

mL

200

2

NaOH

0,313 N

mL

200

3

K2SO4

10%

mL

100

4

Ether

-

mL

secukupnya

5

Alkohol

95%

mL

20

6

α-Naftol

p.a

mL

1

7

H2SO4

p.a

mL

10

8

Larutan Ninhidrin

0,2%

mL

5

9

K4[Fe(CN)6]

teknis

mL

5

10

[NH4)2C2O4]

teknis

mL

5

11

HCl

teknis

mL

100

12

Sampel daun gedi

-

-

secukupnya

13

Kertas Saring

-

-

secukupnya

14

Aqua DM

-

-

secukupnya

15

Berbagai suspensi bakteri Gram (+) dan (-)

-

-

secukupnya

16

Nutrien Agar

p.a

gram

3

17

Batu Didih

-

-

secukupnya

18

Kertas Preparator steril

-

-

secukupnya

19

Kertas Isap

-

-

secukupnya

II.3 Prosedur Penelitian

A. Penentuan Kadar Air

1. Cawan kosong dipanaskan pada suhu 100-110 °C dalam oven listrik selama 1-2 jam, didinginkan di udara 5 menit dan di dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang hingga kostan.

2. 2-3 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang teliti dalam cawan tersebut.

3. Dipanaskan dalam oven pada suhu 100-110 °C selama 1-2 jam dalam oven listrik, lalu didinginkan di udara 5 menit dan di dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang hingga didapat berat yang konstan dengan pemanasan 15 menit.

4. Kadar air dalam sampel dihitung.

B. Penentuan Kadar Abu

1. Cawan kosong dipijarkan pada suhu 500-600 °C selama 30 menit, didinginkan di udara 5 menit dan di dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang. Langkah tersebut dilakukan berulang dengan pemanasan 15 menit hingga didapat berat konstan,

2. 2-3 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang teliti dalam cawan tersebut.

3. Diarangkan dengan api kecil, Jika sudah menjadi arang nyala api dibesarkan hingga menjadi abu. Lalu didinginkan di udara 5 menit dan di dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang hingga didapat berat yang konstan dengan pemanasan 15 menit.

4. Kadar abu dalam sampel dihitung.

C. Penentuan Kadar Serat Kasar

1. Sampel dihaluskan.

2. 2 gram sampel kering ditimbang.

3. Kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan batu didih. Jika ada buih, ditambahkan eter.

4. 200 mL H2SO4 0.2550 N ditambahkan. Erlenmeyer dipasangkan ke dalam kondensor lalu refluks sample selama 30 menit sekali – sekali digoyang – goyangkan.

5. Suspensi disaring dan dicuci dan residu dicuci dengan aquadest mendidih hingga bebas asam.

6. Residu dari kertas saring dipindahkan secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0.3130 N sebanyak 200 mL mendidih, lalu direfluks selama 30 menit dengan terkadang digoyang-goyangkan.

7. Kemudian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil dicuci dengan K2SO4 10%, dengan aquadest mendidih, lalu dengan alcohol 95%; 15 mL.

8. Kertas saring dan isinya dikeringkan pada suhu 110 °C, lalu didinginkan di udara 5 menit dan di dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang hingga didapat berat yang konstan dengan pemanasan 15 menit.

9. Kadar serat dalam sampel dihitung.

D. Uji Daya Antimikrobial

1. Preparasi bahan alam.

2. 3-5 gram bahan alam ditimbang kemudian diekstrak.

3. 25 mL aqua DM ditambahkan.

4. Dipanaskan hingga volume 10 mL, lalu kertas preparator didimasukkan ke dalam ekstrak tadi.

5. Kertas preparator ditiriskan dalam cawan petri steril.

6. Media yang sudah mengandung bakteri dimasukkan ke dalam cawan petri 15 mL , lalu dibiarkan memadat.

7. Belakang cawan petri ditandai dengan spidol dengan menggunakan kertas pola. Diberi identitas, balikan cawan petri tersebut.

8. Kertas tadi diambil dan ditiriskan lalu diletakkan di atas media sesuai polanya. Dilakukan secara duplo. Diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam.

9. Zona daya hambat bahan alam yang terbentuk diamati dan diukur.

10. Zona bahan alam dan antibiotik kemudian dibandingkan.

E. Kualitatif

a. Karbohidrat (Mollisch)

1. 2 tabung reaksi yang bersih disediakan.

2. Masing-masing 2 mL larutan karbohidrat dituangkan ke dalamnya.

3. 1 mL larutan α-Naftol, lalu dikocok.

4. H2SO4 pekat ditambahkan lewat dinding.

5. Perubahan yang timbul diperhatikan.

b. Protein (Ninhidrin)

1. Ditambahkan 10 tetes larutan Ninhidrin pada 2 mL larutan protein.

2. Dipanaskan selama 1-2 menit, lalu didinginkan.

3. Warna yang terjadi diamati.

c. Mineral (Fe, Ca)

1 Fe3+

1 – 2 tetes larutan Fe3+ ditambah 1 tetes larutan K4[Fe(CN)6] tebentuk warna biru.

2 Ca2+

Setetes larutan ditambah satu tetes (NH4)2C2O4 (endapan putih). Pemberian pereaksi dilakukan dalam suasana netral sedikit basa (dilakukan dengan menambahkan basa lemah, karena larutan dalam keadaan asam)

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna.1994.DASAR-DASAR BIOKIMIA.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

http://ahmadiitb.wordpress.com/2009/06/26/prosedur-kerja-proximat/

http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes_2/buku10.pdf

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-vol3-nol-astiti%20asih.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Daun_gedi

http://sk-sk.facebook.com/pages/Indonesia-Bebas-Gizi-Buruk/69850008448?v=app_2347471856&viewas=0&ref=mf

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3273084.pdf

1 komentar:

  1. huai.. bagi yang ngin menambahkan dlam pnelitian cuma" yang kami lakukkan bleh" saa.. demi manmbahkan nlai guna dari ptensi yang dimiliki oleh Indonesia.. Caiio.

    BalasHapus